Sumber : kontan.co.id
JAKARTA. PT Superior Porcelain Sukses (SPS) membangun
pabrik produksi Granit di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas 14
juta meter persegi per tahun.
Pabrik
yang berlokasi di Kadawung, Paburan, Subang itu memiliki luas bangunan 81.000
meter persegi. Pabrik ini dibangun di atas tanah 22 hekatare dan
ditargetkan bakal beroperasi pada semester II-2024.
Granite tile yang
diproduksi Superior Porcelain Sukses merupakan produk kedua SPS Corporate di
bidang building material. Sebelumnya SPS Corporated telah menjalankan
industri bata ringan.
“Granit
yang diproduksi perusahaan berjenis homogeneous tiles dan porcelain
tiles. Masing-masing kapasitas produksinya 7 juta meter
persegi per tahunnya,” ujar Hendra Widodo, Direktur Produksi PT Superior
Porcelain Sukses dalam keterangan resmi, Sabtu (22/7).
Dengan
demikian, perusahaan ini akan memiliki total produksi produk dalam setahun
mencapai 14 juta meter persegi.
Lebih
lanjut, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyambut baik
pembangunan pabrik granit PT SPS.
Ketua
Bidang Keramik dan Ubin Asaki, Andrea Petrina menambahkan pembangunan pabrik
granit PT SPS itu bisa membawa multiplier effect terhadap perekonomian
Indonesia.
“Investasi
ini juga bagian dari komitmen industri keramik nasional terhadap dukungan
pemerintah yang telah memberikan harga gas khusus,” sebut dia.
Di
samping itu, Andrea melihat kehadiran pabrik granit SPS di Subang sekaligus
akan menjawab tantangan gempuran produk impor, terutama dari Tiongkok.
Sejak
beberapa tahun terakhir, dengan tingginya angka kebutuhan granit, barang-barang
Tiongkok memang membanjiri pasar lokal. Meskipun pemerintah tengah
menerapkan safeguard sejak
2018.
Data
Asaki menunjukkan, kapasitas produksi keramik nasional mencapai 550 juta meter
persegi per tahun. Dari jumlah itu, 140-150 juta meter persegi merupakan
keramik jenis B1A atau granit. Namun faktanya hanya bisa berjalan sekitar 50%.
“Gempuran
produk impor dari Tiongkok juga diindikasikan karena terjadi unfair
trade. Seperti salah satunya tax subsidi 14%, praktik indikasi
dumping, serta pengurangan ketebalan keramik,” tutupnya.