Balai Besar Keramik

Berita
Pemerintah Targetkan Industri Keramik RI Masuk Empat Besar Dunia

Sumber : Kompas.com


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan industri keramik nasional bisa menjadi peringkat keempat di dunia dari sebelumnya di peringkat keenam.

Dengan deposit bahan baku yang cukup melimpah di tanah air, industri keramik nasional punya daya saing di pasar global bersama China, India, Brasil, Spanyol, dan Iran.

“Keempat langkah strategis itu tersedianya gas industri dengan harga kompetitif, inovasi, SDM kompeten dan pengembangan industri keramik dalam negeri," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/10/2020).

 

Selain itu, langkah lainnya, yakni pemerintah memproteksi pasar dalam negeri dari peningkatan PPh terhadap keramik impor sebesar 7,5 persen. Di samping, perlu pasokan bahan baku berkesinambungan bagi pertumbuhan industri keramik nasional.

“Untuk itu, pemerintah melalui regulasinya akan mengamankan pasokan bahan baku asal SDA Indonesia, sebagai salah satu keuntungan untuk mendukung daya saing industri keramik nasional. Seperti tanah liat (clay), feldspars, pasir silika, dolomite, batu kapur dan SDA berbasis bahan galian non logam lainnya," kata dia.

Doddy mengakui, walau perkembangan industri keramik cukup menggembirakan, namun masih ada kelemahan untuk dicarikan solusi. Di antaranya, yang sudah jadi isu nasional, ketergantungan pada bahan baku impor. Yang semestinya ini dapat disediakan di dalam negeri karena SDA-nya tersedia melimpah dan bahkan banyak yang diekspor.

"Kondisi seperti itu tidak hanya ada pada industri keramik tapi juga pada industri lainnya. Inilah yang jadi tantangan yang harus segera direspon oleh semua pemangku kepentingan," ungkap Doddy.


Di pihak lain, pinta Doddy, dengan keterbatasan yang ada sudah seharusnya juga industri dapat memanfaatkan hasil-hasil lembaga litbang di Indonesia. Sehingga tercapai bermacam inovasi yang berguna bagi masyarakat industri. Sementara itu, Kepala BBK Kemenperin, Gunawan menambahkan, indeks daya saing suatu negara salah satu unsurnya ditentukan oleh ketergantungan bahan baku impor, inovasi atau invensi teknologi. Yang mana, BBK sebagai lembaga litbang di bidang industri keramik punya misi kuat jadi stimulan dalam teknologi pengolahan bahan baku lokal dan teknologi pemprosesan keramik atau material terkait lainnya.

"Ini wujud nyata BBK dalam upaya meningkatkan kemandirian dan daya saing industri nasional," kata Gunawan.

 

Selengkapnya
Pentingkah ceramic biomaterial dalam kehidupan kita?

Pentingkah ceramic biomaterial dalam kehidupan kita?

Saat ini rekayasan biokeramik menjadi tren masa depan. Mengapa menjadi tren di masa depan? Biomaterial memainkan peranan penting dalam banyak aspek di dunia kesehatan. Mereka memainkan peran yang penting dalam pengembangan, mulai dari alat-alat kesehatan, prostheses, pendistribusi obat (drug delivery system), teknik diagnostik., perbaikan jaringan (tissue) dan replacement technology. Karena memiliki potensi yang besar dalam peningkatan kualitas hidup, biomaterial menjadi tren dan fokus utama pada bidang riset / penelitian di masa depan.

 

Biomaterial secara umum dapat diartikan sebagai material yang ditanam di dalam tubuh manusia untuk pengganti jaringan atau organ tubuh yang terserang penyakit ataupun yang rusak atau cacat.

Salah satu jenis biomaterial adalah Biomaterial keramik (bioceramic). Keramik yang digunakan sebagai biomaterial untuk mengisi cacat pada gigi atau tulang, untuk melengkapi grafit tulang, patahan, atau prostheses pada tulang dan untuk menggantikan jaringan yang rusak disebut biokeramik. Biokeramik harus memiliki sifat biokompatibilitas yang tinggi dan antithrombogenic, harus tidak beracun, tidak beralergi, tidak memiliki sifat karsinogen atau tetratogen dan tahan lama. Oleh karena itu, penelitian yang sedang berlangsung melibatkan kimia, komposisi, dan mikro dan struktur nano dari bahan untuk meningkatkan biokompatibilitasnya. Namun material keramik juga memiliki kekurangan, yaitu sangat rapuh, kekuatan rendah/tidak kuat ditekan dan tidak kenyal.

 

Klasifikasi biokeramik terbagi 3, yaitu:

1.  Bioaktif keramik

Bioaktif keramik memiliki stabilitas kimia yang tinggi dalam tubuh dan ketika diimplan pada tulang yang hidup dapat berinkorporasi pada jaringan tulang mengikuti pola dari kontak osteogenesis.  Dengan kata lain, bioaktif keramik memiliki sifat osteoconduction dan kapabilitas untuk berikatan kimia dengan jaringan tulang yang hidup. Kekuatan mekanis dari bioaktif keramik umumnya lebih rendah dibandingkan bioinert keramik. Contoh materialnya adalah hidroksi apatite, bio–glass, A-W glass. Contoh aplikasinya untuk pelapisan pada metal bone implants dan sebagai fillers pada dental implants.

 

2.  Bioinert keramik

Bioinert keramik seperti namanya menghasilkan minimal respon pada tubuh. Bioinert keramik tidak menyebabkan perubahan baik dari segi kimia maupun fisik dalam tubuh. Sel membetuk kapsul serabut yang tidak menempel pada sekitar implan. Implan ini memiliki kekuatan kompresi yang tinggi, ketahanan aus yang tinggi dan bioinertness. Contoh materialnya adalah Alumina (Al2O3), Zirconia (ZrO2) dan pyrolytic carbon. Contoh aplikasinya femoral head in hip replacements dan dental implants.

 

3.  Bioresorable keramik

Bioresorable keramik dapat diserap dalam tubuh dan tergantikan oleh tulang pada jaringan tulang. Pola dari inkorporasinya pada jaringan tulang sama dengan kontak osteogenesis walaupun antarmuka antara bioresorable keramik dengan tulang tidak stabil. Contoh materialnya adalah β-tricalsium fosfat, hidroksi apatite, karbonat, kalsium karbonat. Contoh aplikasinya untuk perbaikan tulang.

 

Manfaat biokeramik dalam dunia kesehatan sangatlah besar. Oleh karena itu, penelitian di bidang biokeramik perlu dilanjutkan agar dapat diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. (EN)

 

Selengkapnya
Pacu Daya Saing, Kemenperin Tambah Fasilitas Uji SNI Produk Isolasi Tahan Panas

Sumber : bisnis.com

 

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian melalui Balai Besar Keramik akan menambah fasilitas pengujian produk bahan isolasi tahan panas serta fasilitas produk vial/ampul untuk keperluan medis.

Fasilitas ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2021. Saat ini, Balai Besar Keramik telah memiliki 8 jenis lapolatorium uji seperti labolatorium kaca, sanitair, ubin keramik, tableware, kimia keramik, bahan baku keramik, refraktory, dan bata genteng.

Dirjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan kehadiran fasilitas pengujian ini di dalam negeri diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk lokal dengan produk impor.

“Dengan diukung dengan penurunan harga gas, [fasilitas ini] diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan meningkatkan kepercayaan pembeli di level Internasional,” ungkap M. Khayam di sela-sela kunjungan ke laboratorium Balai Besar Keramik Bandung, Jumat (13/11/2020).

 

Hadirnya fasilitas pengujian produk isolasi panas ini disambut baik oleh industri rockwool, mengingat industri rockwool dalam negeri saat ini sudah mampu mengekspor produknya ke beberapa negara seperti negara negara di Asia Tenggara, Australia, Afrika dan Timur Tengah.

Industri jenis ini memiliki TKDN sebesar 85 persen. Dengan kapasitas produsen Rockwool di Indonesia mencapai 40.000 – 45.000 ton/tahun dan masih dapat meningkat, angka ini dapat memenuhi kebutuhan nasional sebesar rata rata 23.700 ton/tahun.

Namun saat ini penggunaan produk dalam negeri masih berkisar 36 persen per tahun, sedangkan sisanya masih impor.

Rockwool merupakan produk isolasi tahan panas memiliki sifat tahan api dan juga berfungsi sebagai penyerap suara banyak digunakan di industri manufaktur yang menggunakan temperatur tinggi di dalam prosesnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, mengatakan dengan hadirnya fasilitas dan standar SNI yang terus bertambah, industri di Indonesia diharapkan secara bertahan meningkatkan kualitas produknya.

 

 

Selengkapnya
Indonesia Perlu Maksimalkan Industri 4.0 agar Jadi Top 10 Ekonomi Dunia

Sumber : maritim

JAKARTA-MARITIM : Untuk jadi top 10 ekonomi dunia pada 2030, Indonesia perlu maksimalkan industri 4.0 sebagai peluang mengejar pertumbuhan ekonomi. Sehingga lewat revitalisasi sektor manufaktur tercapai kontribusi tinggi terhadap PDB.

“Sebab, konsep sirkular ekonomi dapat menjawab berbagai permasalahan umum yang dihadapi industri dalam negeri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, saat webinar temu usaha industri, yang diadakan Balai Besar Keramik (BBK), di Jakarta, Rabu (21/10/2020).

Kegiatan bertema ‘Implementasi Sirkular Ekonomi pada Industri Keramik dan Kaca untuk Mewujudkan Making Indonesia 4.0’ ini dimoderatori Kepala BBK Bandung, Gunawan.

Dengan pembicara Plt Direktur Ketahanan dan Iklim Usaha Kemenperin Yan Sibarang, Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin Junadi Marki serta Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengamanan Yustinus H Gunawan. Selanjutnya Ketua Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia Henry T Susanto, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia Gunarso dan Sinta Rismayani dari BBK.

Industri manufaktur pada 2018, menurutnya, menyumbang 20,2% PDB dan membuka 14 juta lapangan kerja. Bahkan di masa pandemi ini berkontribusi 19,98% dengan capaian nilai tambah Rp700,51 triliun serta menyerap 18,5 juta pekerja.

 

Dengan target jadi 10 ekonomi terbesar di dunia, lanjut Doddy, kita perlu sungguh-sungguh merealisasikan berbagai prioritas nasional dalam Making Indonesia 4.0. Dengan menerapkan prinsip ekonomi berkelanjutan baik oleh industri maupun kerja sama lembaga riset. Sehingga akan dihasilkan bahan baku bernilai tambah tinggi, efisiensi dalam proses produksi dan limbah industrinya dapat dipakai oleh industri lain.

Ditambahkan, sektor manufaktur Indonesia umumnya punya masalah  sama, mulai dari ketersediaan bahan baku lokal hingga kebijakan lintas sektor. Making Indonesia 4.0 mampu menjawab tantangan dan kendala itu serta mempercepat perkembangan industri manufaktur nasional.

Konsep sirkular ekonomi dan standar industri hijau bagian dari ekonomi keberlanjutan ke depan akan diimplementasikan pada industri manufaktur. Prinsip buat-pakai-buang pada ekonomi linear diubah ke prinsip regenerasi 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery and Repair).

Sementara Kepala BBK, Gunawan, menyampaikan untuk mengatasi permasalahan industri Kemenperin telah membuat Industri 4.0 dengan salah satu program prioritas membuat standar-standar keberlanjutan (sustainability).

Hal lain, BBK telah mengimplementasikan kerja sama dengan beberapa Unit Jasa Pembangkit PT Indonesia Power berupa pemanfaatan limbah fly ash dan bottom ash menjadi produk seperti tetrapod, tiang panel, paving block dan bahan bangunan lainnya.

“Riset dan rekayasa yang dilakukan tersebut merupakan salah satu upaya Balai Besar Keramik dalam implementasi prinsip ekonomi sirkular sebagai bagian dari Making Indonesia 4.0,” ucap Gunawan.

Komitmen industri hijau

Pada kesempatan sama, Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Junadi Marki, mengatakan Kemenperin terus berkomitmen mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui penguatan konsep sirkular ekonomi sebagai sumber efisiensi dan nilai tambah sektor industri. Hal itu sebagai upaya penerapan Perpres No 18 tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 yang mengarahkan kebijakan peningkatan nilai tambah ekonomi.

“Kemenperin mengembangkan konsep sirkular ekonomi dalam bentuk kebijakan Industri Hijau untuk mempertahankan nilai produk agar dapat digunakan berulang tanpa menghasilkan sampah melalui kegiatan reuse, recycle dan recovery,” ujar Marki.

Sedangkan Ketua Bidang Roof Tiles ASAKI, Gunarso, menilai sumber daya alam seperti tanah liat dan hard materials adalah bahan baku utama pembuatan keramik. Kebutuhan keramik di Indonesia seluruhnya bisa disediakan oleh produsen lokal dengan mengoptimalkan tenaga kerja lokal.

“Sebagian besar produk keramik dapat digunakan dan didaur ulang untuk dipakai kembali sebagai bahan baku,” ungkapnya. 

 

 

 

Selengkapnya
Mau Jadi Negara Top 10 Dunia, Indonesia Perlu Maksimalkan Industri 4.0

Sumber : kompas

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi mengatakan, Indonesia perlu maksimalkan industri 4.0 untuk bisa menjadi top 10 ekonomi dunia pada 2030.

Sebab, revitalisasi sektor manufaktur bisa memberi kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

“Konsep sirkular ekonomi dapat menjawab berbagai permasalahan umum yang dihadapi industri dalam negeri," ujar Doddy dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/10/2020).

Industri manufaktur pada 2018, menurutnya, menyumbang 20,2 persen PDB dan membuka 14 juta lapangan kerja. Bahkan di masa pandemi ini berkontribusi 19,98 persen dengan capaian nilai tambah Rp700,51 triliun serta menyerap 18,5 juta pekerja.



Atas dasar itu, lanjut Doddy, Indonesia perlu sungguh-sungguh merealisasikan berbagai prioritas nasional dalam Making Indonesia 4.0. Dengan menerapkan prinsip ekonomi berkelanjutan baik oleh industri maupun kerja sama lembaga riset.

“Sehingga akan dihasilkan bahan baku bernilai tambah tinggi, efisiensi dalam proses produksi dan limbah industrinya dapat dipakai oleh industri lain,” kata dia. 

Doddy menambahkan, sektor manufaktur Indonesia umumnya punya masalah  sama, mulai dari ketersediaan bahan baku lokal hingga kebijakan lintas sektor.

Making Indonesia 4.0 mampu menjawab tantangan dan kendala itu serta mempercepat perkembangan industri manufaktur nasional.

 

Selengkapnya