Sumber : internationalmedia.co.id
Rabu, 5 Juni 2024
JAKARTA – Standardisasi menjadi instrumen yang penting dalam
meningkatkan daya saing industri nasional. Tidak hanya berguna meningkatkan
kualitas dan efisiensi produksi, penerapan standardisasi juga diyakini dapat
memperkuat posisi industri dalam negeri di pasar global.
“Salah satunya, kami mengakselerasi penerapan standardisasi di
industri keramik dan mineral nonlogam untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saingnya,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI)
Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi pada acara Temu Usaha Industri di Balai
Besar Standardisasi Dan Pelayanan Jasa Industri Keramik Dan Mineral Nonlogam
(BBSPJIKMN) Bandung, Rabu (5/6).
Kepala BSKJI mengemukakan bahwa kinerja subsektor industri Barang
Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri keramik dan mineral nonlogam
lainnya, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17
persen, naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami kontraksi -2,1 persen.
“Sektor industri BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen terhadap PDB industri
pengolahan nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot performa industri manufaktur nasional, termasuk sektor
industri keramik, Kemenperin telah menyiapkan sejumlah strategi. Misalnya
penerapan standardisasi, yang tidak hanya terkait dengan pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga melingkupi standar industri hijau dan
standar spesifikasi teknologi industri.
“Bahkan, kami juga berperan dalam implementasi standar halal melalui
Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki beberapa Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin,” tutur Andi.
Menurutnya, ada tiga peran penting dalam penerapan standardisasi untuk
sektor industri. Pertama, sebagai instrumen meningkatkan kualitas produk.
Standardisasi dapat membantu menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk
produk keramik dan mineral nonlogam, sehingga memastikan bahwa produk-produk
tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kedua, sebagai upaya peningkatan efisiensi produksi termasuk inovasi
teknologi. Standardisasi dinilai mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan
material, karena standar yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus
dalam teknologi untuk memenuhi persyaratan yang lebih ketat.
“Peran ketiga adalah sebagai non-tariff barrier yang menjamin bahwa barang-barang yang berasal dari negara lain telah memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan hidup,” ungkap Andi. Dengan demikian, penerapan standardisasi di bidang industri keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional secara keseluruhan.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT dibawah BSKJI memiliki peranan penting dalam memastikan bahwa komoditas keramik dan mineral nonlogam yang dihasilkan oleh industri dalam negeri memenuhi standar mutu yang berlaku. “Kami berharap kegiatan Temu Usaha Industri ini dapat mendukung dan mendorong kinerja industri keramik dan mineral nonlogam nasional agar menjadi lebih baik,” tandasnya.