Sumber : kemenperin.go.id
Rabu, 5 Juni 2024
Standardisasi menjadi instrumen yang penting dalam meningkatkan daya
saing industri nasional. Tidak hanya berguna meningkatkan kualitas dan
efisiensi produksi, penerapan standardisasi juga diyakini dapat memperkuat
posisi industri dalam negeri di pasar global.
“Salah satunya, kami mengakselerasi penerapan standardisasi di
industri keramik dan mineral nonlogam untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saingnya,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI)
Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi pada acara Temu Usaha Industri di Balai
Besar Standardisasi Dan Pelayanan Jasa Industri Keramik Dan Mineral Nonlogam
(BBSPJIKMN) Bandung, Rabu (5/6).
Kepala BSKJI mengemukakan bahwa kinerja subsektor industri Barang
Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri keramik dan mineral nonlogam
lainnya, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17
persen, naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami kontraksi -2,1 persen.
“Sektor industri BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen terhadap PDB industri
pengolahan nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot performa industri manufaktur nasional, termasuk sektor
industri keramik, Kemenperin telah menyiapkan sejumlah strategi. Misalnya
penerapan standardisasi, yang tidak hanya terkait dengan pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga melingkupi standar industri hijau dan
standar spesifikasi teknologi industri.
“Bahkan, kami juga berperan dalam implementasi standar halal melalui
Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki beberapa Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin,” tutur Andi.
Menurutnya, ada tiga peran penting dalam penerapan standardisasi untuk
sektor industri. Pertama, sebagai instrumen meningkatkan kualitas produk.
Standardisasi dapat membantu menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk
produk keramik dan mineral nonlogam, sehingga memastikan bahwa produk-produk
tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kedua, sebagai upaya peningkatan efisiensi produksi termasuk inovasi
teknologi. Standardisasi dinilai mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan
material, karena standar yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus
dalam teknologi untuk memenuhi persyaratan yang lebih ketat.
“Peran ketiga adalah sebagai non-tariff barrier yang menjamin bahwa
barang-barang yang berasal dari negara lain telah memenuhi persyaratan
keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan hidup,” ungkap Andi. Dengan demikian,
penerapan standardisasi di bidang industri keramik dan mineral berujung pada
peningkatan daya saing nasional secara keseluruhan.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan
Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT dibawah BSKJI memiliki peranan
penting dalam memastikan bahwa komoditas keramik dan mineral nonlogam yang
dihasilkan oleh industri dalam negeri memenuhi standar mutu yang berlaku. “Kami
berharap kegiatan Temu Usaha Industri ini dapat mendukung dan mendorong kinerja
industri keramik dan mineral nonlogam nasional agar menjadi lebih baik,”
tandasnya.
Mengusung tema “Peran Standardisasi Industri Keramik dan Mineral
Nonlogam untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Nasional”, Kepala BBSPJIKMN
Azhar Fitri menyampaikan, kegiatan Temu Usaha Industri bertujuan untuk
memfasilitasi kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, memberikan
wawasan tentang tren terbaru dan tantangan di pasar global, memperluas jaringan
bisnis dan peluang kerjasama, serta mendorong keberlanjutan dan penggunaan
teknologi hijau dalam industri.
“Dalam acara ini juga diselenggarakan seminar yang membahas pengamanan
industri dalam mendukung daya saing industri nasional, tantangan dan daya saing
industri keramik nasional, penerapan sertifikasi industri hijau di bidang
keramik, juga paparan dari perwakilan dari SIRIM Malaysia yang akan membawakan
topik Understanding SIRIM: Malaysia’s Standard of Excellence yang dihadiri oleh
pelaku industri dalam negeri, asosiasi, lembaga pemerintahan lintas sektoral
serta pegawai dari satuan kerja di lingkungan Kemenperin,” paparnya.
Dalam rangkaian Temu Usaha Industri, dilaksanakan pula penandatanganan
MoUkerjasamadengan PT Bamas Mulia Feldsparindodalam rangka optimalisasi
teknologi pengolahan feldspar menggunakan teknologi magnetic separator dan
penyerahan sertifikat kompetensi SDM industri keramik, yangdiserahkan kepada PT
Lucky Indah Keramik, PT Narumi Indonesia, dan PT Roca Refractories. Penyerahan
sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) juga akan dilakukan untuk PT Rumah
Keramik Indonesia, Sertifikat Industri Hijau untuk PT Muliaglass dan PT Sango
Ceramics Indonesia.
Sumber : dialeksis.com
Rabu, 05 Juni 2024 18:00 WIB
Kepala
Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian
Perindustrian, Andi Rizaldi
menyampaikan
pihaknya mengakselerasi penerapan standardisasi di industri keramik dan mineral
nonlogam industri nasional. Tidak hanya berguna meningkatkan kualitas dan esiensi
produksi, penerapan standardisasi juga diyakini dapat memperkuat posisi
industri dalam negeri di pasar global.
“Salah satunya, kami mengakselerasi penerapan standardisasi di industri keramik dan mineral
nonlogam untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya,” kata Kepala Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian,
Andi Rizaldi di Bandung, Rabu (5/6/2024).
Kepala BSKJI mengemukakan bahwa kinerja subsektor industri
Barang Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri
keramik dan mineral nonlogam
lainnya, mampu tumbuh signikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17 persen, naik
dibanding triwulan I-2023 yang mengalami kontraksi -2,1 persen. “Sektor industri BGNL mampu
berkontribusi 2,81 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot performa industri manufaktur nasional, termasuk
sektor industri keramik, Kemenperin telah menyiapkan sejumlah strategi.
Misalnya penerapan standardisasi, yang tidak hanya terkait dengan pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga melingkupi standar industri hijau dan
standar spesikasi teknologi industri.
Menurutnya, ada tiga peran penting dalam penerapan standardisasi
untuk sektor industri. Pertama, sebagai instrumen meningkatkan kualitas produk.
Standardisasi dapat membantu menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk
produk keramik dan mineral nonlogam, sehingga memastikan bahwa produk-produk
tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kedua, sebagai upaya peningkatan esiensi produksi termasuk
inovasi teknologi. Standardisasi dinilai
mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan material, karena
standar yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus dalam teknologi
untuk memenuhi persyaratan yang lebih ketat.
“Peran ketiga adalah sebagai non-tariff barrier yang menjamin
bahwa barang-barang yang berasal dari negara lain telah memenuhi persyaratan
keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan hidup,” ungkap Andi.
Dengan demikian, penerapan standardisasi di bidang industri
keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional secara
keseluruhan.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik
dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT dibawah BSKJI memiliki
peranan penting dalam memastikan bahwa komoditas keramik dan mineral nonlogam
yang dihasilkan oleh industri dalam negeri memenuhi standar mutu yang berlaku.
“Kami berharap kegiatan Temu Usaha Industri ini dapat mendukung
dan mendorong kinerja industri keramik dan mineral nonlogam nasional agar
menjadi lebih baik,” tandasnya.
Sumber : industry.co.id
Rabu, 05 Juni 2024 - 17:44 WIB
Jakarta - Standardisasi menjadi
instrumen yang penting dalam meningkatkan daya saing industri nasional. Tidak
hanya berguna meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi, penerapan
standardisasi juga diyakini dapat memperkuat posisi industri dalam negeri di
pasar global.
“Salah satunya, kami mengakselerasi
penerapan standardisasi di industri keramik dan mineral nonlogam untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saingnya,” kata Kepala Badan Standardisasi
dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi
pada acara Temu Usaha Industri di Balai Besar Standardisasi Dan Pelayanan Jasa
Industri Keramik Dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung, Rabu (5/6/2024).
Andi mengemukakan bahwa kinerja
subsektor industri Barang Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri
keramik dan mineral nonlogam lainnya, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV
tahun 2023 sebesar 9,17 persen, naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami
kontraksi -2,1 persen. “Sektor industri BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen
terhadap PDB industri pengolahan nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot performa industri
manufaktur nasional, termasuk sektor industri keramik, Kemenperin telah
menyiapkan sejumlah strategi. Misalnya penerapan standardisasi, yang tidak
hanya terkait dengan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga
melingkupi standar industri hijau dan standar spesifikasi teknologi industri.
“Bahkan, kami juga berperan dalam
implementasi standar halal melalui Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki
beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin,” tutur
Andi.
Menurut Andi, ada tiga peran penting
dalam penerapan standardisasi untuk sektor industri. Pertama, sebagai instrumen
meningkatkan kualitas produk. Standardisasi dapat membantu menetapkan parameter
kualitas yang konsisten untuk produk keramik dan mineral nonlogam, sehingga
memastikan bahwa produk-produk tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat
bersaing di pasar global.
Kedua, sebagai upaya peningkatan
efisiensi produksi termasuk inovasi teknologi. Standardisasi dinilai mendorong
inovasi dalam teknologi produksi dan material, karena standar yang berkembang
memerlukan peningkatan terus menerus dalam teknologi untuk memenuhi persyaratan
yang lebih ketat.
“Peran ketiga adalah sebagai
non-tariff barrier yang menjamin bahwa barang-barang yang berasal dari negara
lain telah memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan
hidup,” ungkap Andi. Dengan demikian, penerapan standardisasi di bidang
industri keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional
secara keseluruhan.
Balai Besar Standardisasi dan
Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT dibawah BSKJI memiliki
peranan penting dalam memastikan bahwa komoditas keramik dan mineral nonlogam
yang dihasilkan oleh industri dalam negeri memenuhi standar mutu yang berlaku.
“Kami berharap kegiatan Temu Usaha
Industri ini dapat mendukung dan mendorong kinerja industri keramik dan mineral
nonlogam nasional agar menjadi lebih baik,” tandasnya.
Mengusung tema “Peran Standardisasi
Industri Keramik dan Mineral Nonlogam untuk Meningkatkan Daya Saing Industri
Nasional”, Kepala BBSPJIKMN Azhar Fitri menyampaikan, kegiatan Temu Usaha
Industri bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi antara pemangku kepentingan
industri, memberikan wawasan tentang tren terbaru dan tantangan di pasar
global, memperluas jaringan bisnis dan peluang kerjasama, serta mendorong
keberlanjutan dan penggunaan teknologi hijau dalam industri.
“Dalam acara ini juga diselenggarakan seminar yang membahas pengamanan industri dalam mendukung daya saing industri nasional, tantangan dan daya saing industri keramik nasional, penerapan sertifikasi industri hijau di bidang keramik, juga paparan dari perwakilan dari SIRIM Malaysia yang akan membawakan topik Understanding SIRIM: Malaysia’s Standard of Excellence yang dihadiri oleh pelaku industri dalam negeri, asosiasi, lembaga pemerintahan lintas sektoral serta pegawai dari satuan kerja di lingkungan Kemenperin,” paparnya.
Dalam rangkaian Temu Usaha Industri,
dilaksanakan pula penandatanganan MoUkerjasamadengan PT Bamas Mulia
Feldsparindodalam rangka optimalisasi teknologi pengolahan feldspar menggunakan
teknologi magnetic separator dan penyerahan sertifikat kompetensi SDM industri
keramik, yangdiserahkan kepada PT Lucky Indah Keramik, PT Narumi Indonesia, dan
PT Roca Refractories. Penyerahan sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) juga
akan dilakukan untuk PT Rumah Keramik Indonesia, Sertifikat Industri Hijau
untuk PT Muliaglass dan PT Sango Ceramics Indonesia.
Sumber : antaranews.com
Rabu, 5 Juni 2024 17:52 WIB
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian telah menyiapkan strategi
standardisasi industri keramik guna memacu peningkatan kualitas dan efisiensi
produksi sehingga secara langsung meningkatkan daya saing sektor tersebut di
pasar domestik maupun global.
"Kami mengakselerasi penerapan standardisasi di industri keramik
dan mineral nonlogam untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya,” kata
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian
Perindustrian Andi Rizaldi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dirinya menjelaskan penerapan standardisasi tersebut tidak hanya
terkait dengan pemberlakuan Standard Nasional Indonesia (SNI) saja, melainkan
juga mencakup standard industri hijau, dan standard spesifikasi teknologi
industri.
Ia mengatakan strategi ini memiliki tiga peranan penting dalam
peningkatan daya saing industri keramik, antara lain yakni sebagai barometer
kualitas yang konsisten untuk produk keramik, sehingga memastikan bahwa barang
yang dijual di pasaran memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar
global.
Selanjutnya, standardisasi ini dinilai mendorong inovasi teknologi
produksi dan material, itu karena indikator yang berkembang memerlukan
peningkatan berkelanjutan untuk memenuhi persyaratan pasar global yang ketat.
Sehingga penerapan standardisasi tersebut bisa memacu inovasi teknologi sektor
keramik secara masif.
Selain itu, strategi standardisasi ini juga memiliki peranan sebagai
hambatan perdagangan non-tarif (non-tariff barrier) yang memberikan jaminan
terhadap produk keramik impor supaya memenuhi persyaratan keamanan,
keselamatan, dan kesehatan lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Indonesia.
Pihaknya mencatat kinerja subsektor industri Barang Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri keramik, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17 persen. Angka ini naik dibanding triwulan I 2023 yang mengalami kontraksi minus 2,1 persen.
Ia berharap melalui penerapan standardisasi tersebut dapat memacu kontribusi sektor keramik terhadap peningkatan perekonomian nasional.
Sumber : internationalmedia.co.id
Rabu, 5 Juni 2024
JAKARTA – Standardisasi menjadi instrumen yang penting dalam
meningkatkan daya saing industri nasional. Tidak hanya berguna meningkatkan
kualitas dan efisiensi produksi, penerapan standardisasi juga diyakini dapat
memperkuat posisi industri dalam negeri di pasar global.
“Salah satunya, kami mengakselerasi penerapan standardisasi di
industri keramik dan mineral nonlogam untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saingnya,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI)
Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi pada acara Temu Usaha Industri di Balai
Besar Standardisasi Dan Pelayanan Jasa Industri Keramik Dan Mineral Nonlogam
(BBSPJIKMN) Bandung, Rabu (5/6).
Kepala BSKJI mengemukakan bahwa kinerja subsektor industri Barang
Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri keramik dan mineral nonlogam
lainnya, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17
persen, naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami kontraksi -2,1 persen.
“Sektor industri BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen terhadap PDB industri
pengolahan nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot performa industri manufaktur nasional, termasuk sektor
industri keramik, Kemenperin telah menyiapkan sejumlah strategi. Misalnya
penerapan standardisasi, yang tidak hanya terkait dengan pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga melingkupi standar industri hijau dan
standar spesifikasi teknologi industri.
“Bahkan, kami juga berperan dalam implementasi standar halal melalui
Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki beberapa Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin,” tutur Andi.
Menurutnya, ada tiga peran penting dalam penerapan standardisasi untuk
sektor industri. Pertama, sebagai instrumen meningkatkan kualitas produk.
Standardisasi dapat membantu menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk
produk keramik dan mineral nonlogam, sehingga memastikan bahwa produk-produk
tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kedua, sebagai upaya peningkatan efisiensi produksi termasuk inovasi
teknologi. Standardisasi dinilai mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan
material, karena standar yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus
dalam teknologi untuk memenuhi persyaratan yang lebih ketat.
“Peran ketiga adalah sebagai non-tariff barrier yang menjamin bahwa barang-barang yang berasal dari negara lain telah memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan hidup,” ungkap Andi. Dengan demikian, penerapan standardisasi di bidang industri keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional secara keseluruhan.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT dibawah BSKJI memiliki peranan penting dalam memastikan bahwa komoditas keramik dan mineral nonlogam yang dihasilkan oleh industri dalam negeri memenuhi standar mutu yang berlaku. “Kami berharap kegiatan Temu Usaha Industri ini dapat mendukung dan mendorong kinerja industri keramik dan mineral nonlogam nasional agar menjadi lebih baik,” tandasnya.
Sumber : beritamoneter.com
Rabu 5 Jun 2024, 8 : 33 pm
JAKARTA –
Standardisasi menjadi instrumen yang penting dalam meningkatkan daya saing
industri nasional.
Tidak hanya berguna
meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi, penerapan standardisasi juga
diyakini dapat memperkuat posisi industri dalam negeri di pasar global.
“Salah satunya,
kami mengakselerasi penerapan standardisasi di industri keramik dan mineral
nonlogam untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya,” kata Kepala Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian,
Andi Rizaldi pada acara Temu Usaha Industri di Balai Besar Standardisasi Dan
Pelayanan Jasa Industri Keramik Dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung, Rabu
(5/6).
Kepala BSKJI
mengemukakan bahwa kinerja subsektor industri Barang Galian Non Logam (BGNL)
yang membawahi industri keramik dan mineral nonlogam lainnya, mampu tumbuh
signifikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17 persen, naik dibanding
triwulan I-2023 yang mengalami kontraksi -2,1 persen.
“Sektor industri
BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen terhadap PDB industri pengolahan
nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot
performa industri manufaktur nasional, termasuk sektor industri keramik,
Kemenperin telah menyiapkan sejumlah strategi.
Misalnya penerapan
standardisasi, yang tidak hanya terkait dengan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(SNI), tetapi juga melingkupi standar industri hijau dan standar spesifikasi
teknologi industri.
“Bahkan, kami juga
berperan dalam implementasi standar halal melalui Lembaga Pemeriksa Halal (LPH)
yang dimiliki beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan BSKJI
Kemenperin,” tutur Andi.
Menurutnya, ada
tiga peran penting dalam penerapan standardisasi untuk sektor industri.
Pertama, sebagai
instrumen meningkatkan kualitas produk.
Standardisasi dapat
membantu menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk produk keramik dan
mineral nonlogam, sehingga memastikan bahwa produk-produk tersebut memenuhi
standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kedua, sebagai
upaya peningkatan efisiensi produksi termasuk inovasi teknologi.
Standardisasi
dinilai mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan material, karena standar
yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus dalam teknologi untuk
memenuhi persyaratan yang lebih ketat.
“Peran ketiga
adalah sebagai non–tariff barrier yang menjamin bahwa barang-barang yang
berasal dari negara lain telah memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan dan
kesehatan lingkungan hidup,” ungkap Andi.
Dengan demikian,
penerapan standardisasi di bidang industri keramik dan mineral berujung pada
peningkatan daya saing nasional secara keseluruhan.
Balai Besar
Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam
(BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT dibawah BSKJI memiliki peranan penting dalam
memastikan bahwa komoditas keramik dan mineral nonlogam yang dihasilkan oleh
industri dalam negeri memenuhi standar mutu yang berlaku.
“Kami berharap
kegiatan Temu Usaha Industri ini dapat mendukung dan mendorong kinerja industri
keramik dan mineral nonlogam nasional agar menjadi lebih baik,” tandasnya.
Mengusung tema
“Peran Standardisasi Industri Keramik dan Mineral Nonlogam untuk Meningkatkan
Daya Saing Industri Nasional”, Kepala BBSPJIKMN Azhar Fitri menyampaikan,
kegiatan Temu Usaha Industri bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi antara
pemangku kepentingan industri, memberikan wawasan tentang tren terbaru dan
tantangan di pasar global, memperluas jaringan bisnis dan peluang kerjasama,
serta mendorong keberlanjutan dan penggunaan teknologi hijau dalam industri.
“Dalam acara ini
juga diselenggarakan seminar yang membahas pengamanan industri dalam mendukung
daya saing industri nasional, tantangan dan daya saing industri keramik
nasional, penerapan sertifikasi industri hijau di bidang keramik, juga paparan
dari perwakilan dari SIRIM Malaysia yang akan membawakan topik Understanding
SIRIM: Malaysia’s Standard of Excellence yang dihadiri oleh pelaku industri
dalam negeri, asosiasi, lembaga pemerintahan lintas sektoral serta pegawai dari
satuan kerja di lingkungan Kemenperin,” paparnya.
Dalam rangkaian Temu Usaha Industri, dilaksanakan pula penandatanganan MoU kerjasama dengan PT Bamas Mulia Feldsparindo dalam rangka optimalisasi teknologi pengolahan feldspar menggunakan teknologi magnetic separator dan penyerahan sertifikat kompetensi SDM industri keramik, yang diserahkan kepada PT Lucky Indah Keramik, PT Narumi Indonesia, dan PT Roca Refractories.
Penyerahan sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) juga akan dilakukan
untuk PT Rumah Keramik Indonesia, Sertifikat Industri Hijau untuk PT Muliaglass
dan PT Sango Ceramics Indonesia.
Foto:
Kepala BSKJI Andi Rizaldi dalam sambutannya yang dilanjutkan dengan pembukaan
acara TUI BBSPJIKMN 2024.
Penulis: Humas BBSPJIKMN
Administrator: Prakom BBSPJIKMN
Juni 2024
Bandung, 5 Juni 2024 – Balai Besar Standardisasi dan
Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) kembali
menggelar agenda Temu Usah Industri (TUI) pada tahun 2024 ini. Temu Usaha
Industri (TUI) sendiri adalah sebuah agenda tahunan yang selalu digelar oleh
BBSPJIKMN pada setiap tahunnya. Pada tahun ini BBSPJIKMN juga memperingati hari
jadinya yang ke 102 tahun dan mengambil tema “102 Tahun Balai bersinergi
membangun negeri serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya
standardisasi di industri keramik, kaca dan mineral nonlogam”. Dan agenda TUI
tahun 2024 ini diselenggarakan di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Acara ini menghadirkan beberapa tokoh dan
pelaku industri terutama yang berkaitan dengan keramik, kaca dan mineral
nonlogam. Diantaranya Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri
(BSKJI) Andi Rizaldi, Kepala BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam, Azhar Fitri,
dan juga hadir dari beberapa kepala satker BBSPJI yang berada di Bandung serta banyak
narasumber baik dari kalangan birokrat, asosiasi maupun pelaku industri.
Kepala BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam,
Azhar Fitri, dalam laporan kegitan TUI 2024 ini menyampaikan sesuai tema yang
diusung dalam agenda kali ini berharap kegiatan Temu Usaha
Industri bertujuan
untuk memfasilitasi kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, memberikan
wawasan tentang tren terbaru dan tantangan di pasar global, memperluas jaringan
bisnis dan peluang kerja sama, serta mendorong keberlanjutan dan penggunaan teknologi hijau dalam
industri.
“Dalam agenda TUI ini juga diselenggarakan seminar yang membahas pengamanan industri dalam mendukung daya saing industri nasional, tantangan dan daya saing industri keramik nasional, penerapan sertifikasi industri hijau di bidang keramik, yang dihadiri oleh pelaku industri dalam negeri, asosiasi, lembaga pemerintahan lintas sektoral serta pegawai dari satuan kerja di lingkungan Kemenperin,” paparnya.
Foto kiri ke kanan: Suhartono (ASAKI), Mr. Miswary (SIRIM), Azhar Fitri (Kepala BBSPJIKMN), Sinta Rismayani (Ketua Tim Standardisasi BBSPJIKMN / Moderator acara), Doddy Widodo (Pembina Industri Ahli Utama) dan Apit Pria (Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin).
Dalam sambutan lain yang juga dilakukan
pembukaan acara oleh Kepala BSKJI, Andi Rizaldi menyebut standardisasi menjadi
instrumen yang penting dalam meningkatkan daya saing industri nasional. Tidak
hanya berguna meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi, penerapan
standardisasi juga diyakini dapat memperkuat posisi industri dalam negeri di
pasar global.
“Salah satunya kami mengakselerasi penerapan
standardisasi di industri keramik dan mineral nonlogam untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saingnya,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan
Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi pada acara Temu
Usaha Industri di Balai
Besar Standardisasi Dan Pelayanan Jasa Industri Keramik Dan Mineral Nonlogam
(BBSPJIKMN) Bandung, Rabu (5/6).
Kepala BSKJI mengemukakan bahwa kinerja
subsektor industri Barang Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri
keramik dan mineral nonlogam lainnya, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV
tahun 2023 sebesar 9,17 persen, naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami
kontraksi -2,1 persen. “Sektor industri BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen
terhadap PDB industri pengolahan nonmigas,” ujarnya.
Guna menggenjot performa industri manufaktur
nasional, termasuk sektor industri keramik, Kemenperin telah menyiapkan
sejumlah strategi. Misalnya penerapan standardisasi, yang tidak hanya terkait
dengan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga melingkupi
standar industri hijau dan standar spesifikasi teknologi industri.
“Bahkan, kami juga berperan dalam
implementasi standar halal melalui Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki
beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin,” tutur
Andi.
Menurutnya, ada tiga peran penting dalam penerapan standardisasi untuk sektor industri. Pertama, sebagai instrumen meningkatkan kualitas produk. Standardisasi dapat membantu menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk produk keramik dan mineral nonlogam, sehingga memastikan bahwa produk-produk tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kedua,
sebagai upaya peningkatan efisiensi produksi termasuk inovasi teknologi.
Standardisasi dinilai mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan material,
karena standar yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus dalam
teknologi untuk memenuhi persyaratan yang lebih ketat.
“Peran ketiga adalah sebagai non tariff barrier yang menjamin bahwa barang-barang yang berasal dari negara lain telah memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan hidup,” ungkap Andi. Dengan demikian, penerapan standardisasi di bidang industri keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional secara keseluruhan.
Foto: Kepala BSKJI Andi Rizaldi didampingi oleh
Kepala BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam saat konfrensi pers dalam acara Temu
usaha Industri tahun 2024 yang diselenggarakan BBSPJI Keramik dan Mineral
Nonlogam.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan
Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Bandung sebagai UPT di
bawah
BSKJI memiliki peranan penting dalam memastikan bahwa komoditas keramik dan
mineral nonlogam yang dihasilkan oleh industri dalam negeri memenuhi standar
mutu yang berlaku. “Kami berharap kegiatan Temu Usaha Industri ini dapat
mendukung dan mendorong kinerja industri keramik dan mineral nonlogam nasional
agar menjadi lebih baik,” tandasnya.
Dalam rangkaian Temu Usaha
Industri tahun 2024 ini, dilaksanakan pula penandatanganan Kontrak Kerjasama dengan PT Bamas Mulia Feldsparindo
dan penyerahan sertifikat kompetensi SDM industri keramik, yang akan
diserahkan kepada PT Lucky Indah Keramik, PT Narumi Indonesia, dan PT Roca
Refractories. Penyerahan sertifikat SMM juga akan dilakukan untuk PT Rumah
Keramik Indonesia, Sertifikat Industri Hijau untuk PT Muliaglass dan PT Sango
Ceramics Indonesia.
Informasi lebih lanjut mengenai BBSPJI Keramik dan
Mineral Nonlogam, beserta berbagai layanan lainnya. Silahkan untuk dapat mengunjungi
website resmi kami di bbk.go.id , serta dapat juga di dalam berbagai platform media
sosial kami atau hubungi nomor telepon 022-7206221.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
Media Sosial Resmi BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam:
06 Juni 2024, 10:46
Sumber : voi.id
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan
strategi standardisasi industri keramik guna memacu peningkatan kualitas dan
efisiensi produksi, sehingga secara langsung meningkatkan daya saing sektor
tersebut di pasar domestik maupun global.
"Kami
mengakselerasi penerapan standardisasi di industri keramik dan mineral nonlogam
untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya," ujar Kepala Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi dalam
keterangan tertulisnya, Kamis, 6 Juni.
Andi menyebut, penerapan standardisasi tersebut tidak hanya
terkait dengan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga
melingkupi standar industri hijau dan spesifikasi teknologi industri.
Dia
menambahkan, strategi itu memiliki tiga peranan penting dalam peningkatan daya
saing industri keramik, yakni sebagai barometer kualitas yang konsisten untuk
produk keramik. Sehingga, memastikan barang yang dijual di pasaran memenuhi
standar tinggi dan dapat bersaing di pasar global.
Kemudian,
standardisasi tersebut dinilai mendorong inovasi dalam teknologi produksi dan
material, karena standar yang berkembang memerlukan peningkatan terus menerus
dalam teknologi untuk memenuhi persyaratan yang lebih ketat. Sehingga,
penerapan standardisasi tersebut bisa memacu inovasi teknologi sektor keramik
secara masif.
Selain
itu, strategi standardisasi tersebut juga memiliki peranan sebagai hambatan
perdagangan non-tarif (non-tariff barrier) yang memberikan jaminan terhadap
produk keramik impor supaya memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan dan
kesehatan lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Indonesia.
"Dengan demikian, penerapan standardisasi di bidang
industri keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional
secara keseluruhan," ucapnya.
Adapun
Kemenperin mencatat kinerja subsektor industri Barang Galian Non Logam (BGNL)
yang menaungi industri keramik mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV-2023,
yakni sebesar 9,17 persen. Angka ini naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami
kontraksi minus 2,1 persen.
"Kami berharap, penerapan standardisasi
tersebut dapat memacu kontribusi sektor keramik terhadap peningkatan
perekonomian nasional," imbuhnya.
Kamis, 06 Juni 2024, 10:31 WIB
Sumber : rmol bisnis
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyiapkan
strategi standardisasi industri keramik untuk memacu peningkatan kualitas
dan efisiensi produksi.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri
(BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi mengatakan, langkah itu juga untuk meningkatkan
daya saing sektor tersebut di pasar domestik maupun global.
Menurutnya, kinerja subsektor industri Barang
Galian Non Logam (BGNL) yang membawahi industri keramik dan mineral non logam
lainnya, mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV - 2023 sebesar 9,17 persen,
naik dibanding triwulan I-2023 yang mengalami kontraksi -2,1 persen.
Sektor industri ini bahkan berkontribusi 2,81
persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.
Penerapan standardisasi, menurut Andi, tidak hanya
terkait dengan pemberlakuan Standard Nasional Indonesia (SNI) saja, melainkan
juga mencakup standard industri hijau, dan standard spesifikasi teknologi
industri.
Standardisasi ini memiliki tiga peranan penting
dalam peningkatan daya saing industri keramik. Pertama, sebagai barometer
kualitas yang konsisten untuk produk keramik, sehingga memastikan bahwa barang
yang dijual di pasaran memenuhi standar yang tinggi dan dapat bersaing di pasar
global.
Kedua, dapat mendorong inovasi teknologi produksi
dan material, itu karena indikator yang berkembang memerlukan peningkatan
berkelanjutan untuk memenuhi persyaratan pasar global yang ketat. Sehingga
penerapan standardisasi tersebut bisa memacu inovasi teknologi sektor keramik
secara masif.
Ketiga, standardisasi memiliki peranan sebagai
hambatan perdagangan non-tarif (non-tariff barrier) yang memberikan jaminan
terhadap produk keramik impor supaya memenuhi persyaratan keamanan,
keselamatan, dan kesehatan lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Indonesia.
"Bahkan, kami juga berperan dalam implementasi standar halal
melalui Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki beberapa Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin," ungkap Andi.
Rabu, 5 Juni 2024 22:46 WIB
Sumber : Tribun Jabar
BANDUNG BARAT - Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
mencatat kinerja subsektor industri barang galian nonlogam (BGNL) yang
membawahi industri keramik dan mineral nonlogam di Indonesia mengalami
peningkatan.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri
(BSKJI) Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi, mengatakan, industri tersebut
mampu tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 9,17 persen.
"Naik jika dibandingkan triwulan I 2023 yang mengalami
kontraksi -2,1 persen. Sektor industri BGNL mampu berkontribusi 2,81 persen
terhadap PDB industri pengolahan nonmigas," ujar Andi saat ditemui di Kota
Baru Parahyangan, Bandung Barat, Rabu (5/6/2024).
Menurutnya, standardisasi menjadi instrumen yang penting
dalam meningkatkan daya saing industri nasional.
Tidak hanya berguna meningkatkan kualitas dan efisiensi
produksi, penerapan standardisasi juga diyakini dapat memperkuat posisi
industri dalam negeri di pasar global.
"Salah satunya kami mengakselerasi penerapan
standardisasi di industri keramik dan mineral non logam untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saingnya," kata Andi.
Sementara untuk menggenjot performa industri manufaktur
nasional, termasuk sektor industri keramik, Kemenperin telah menyiapkan
sejumlah strategi.
Strategi itu di antaranya penerapan standardisasi, yang tidak
hanya terkait dengan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi juga
melingkupi standar industri hijau dan standar spesifikasi teknologi industri.
"Bahkan, kami juga berperan dalam implementasi standar
halal melalui Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang dimiliki beberapa unit
pelaksana teknis (UPT) di lingkungan BSKJI Kemenperin," ucapnya.
Menurut Andi, ada tiga peran penting dalam penerapan
standardisasi untuk sektor industri. Pertama, sebagai instrumen meningkatkan
kualitas produk dengan standardisasi.
Andi mengatakan, standarisasi itu bisa dapat membantu
menetapkan parameter kualitas yang konsisten untuk produk keramik dan mineral
non logam, sehingga produk tersebut memenuhi standar yang tinggi dan dapat
bersaing di pasar global.
Untuk yang kedua, sebagai upaya peningkatan efisiensi
produksi termasuk inovasi teknologi dan standarisasi yang bisa mendorong
inovasi dalam teknologi produksi serta material, karena standar yang berkembang
memerlukan peningkatan terus menerus dalam teknologi untuk memenuhi persyaratan
yang lebih ketat.
"Peran ketiga adalah sebagai non tarif barrier yang
menjamin bahwa barang-barang yang berasal dari negara lain telah memenuhi
persyaratan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan hidup," kata
Andi.
Dengan demikian, kata dia, penerapan standardisasi di bidang
industri keramik dan mineral berujung pada peningkatan daya saing nasional
secara keseluruhan.